Bangkit Bersatu Pasek Batukatu

SELAMAT MENYAMBUT HARI RAYA NYEPI CAKA WARSA1934

Setiap tahun umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Tapi sudahkan semeton mengetahui sejarah lahirnya Hari Raya Nyepi itu sendiri? Ijinkan kali ini moderator berbagi cerita tentang sejarah Hari Raya Nyepi yang moderator kutip dari beberapa sumber, berikut uraiannya.

Di awal abad masehi bahkan sebelumnya, Negeri India dan wilayah sekitarnya digambarkan selalu mengalami krisis dan konflik sosial berkepanjangan.

Pertikaian antar suku-suku bangsa, al. (Suku Saka, Pahiava, Yueh Chi, Yavana dan Malaya) menang dan kalah silih berganti. Gelombang perebutan kekuasaan antar suku menyebabkan terombang-ambingnya kehidupan beragama itu. Pola pembinaan kehidupan beragama menjadi beragam, baik karena kepengikutan umat terhadap kelompok-kelompok suku bangsa, maupun karena adanya penafsiran yang saling berbeda terhadap ajaran yang diyakini.

Dan pertikaian yang panjang pada akhirnya suku Saka menjadi pemenang dibawah pimpinan Raja Kaniskha I yang dinobatkan menjadi Raja dan turunan Saka
tanggal 1 (satu hari sesudah tilem) bulan 1 (caitramasa) tahun 01 Saka, pada bulan Maret tahun 78 masehi.

Dari sini dapat diketahui bahwa peringatan pergantian tarikh saka adalah hari keberhasilan kepemimpinan Raja Kaniskha I menyatukan bangsa yang tadinya bertikai dengan paham keagamaan yang saling berbeda.

Sejak tahun 78 Masehi itulah ditetapkan adanya tarikh atau perhitungan tahun Saka, yang satu tahunnya juga sama-sama memiliki 12 bulan dan bulan pertamanya disebut Caitramasa, bersamaan dengan bulan Maret tarikh Masehi dan Sasih Kesanga dalam tarikh Jawa dan Bali di Indonesia. Sejak itu pula kehidupan bernegara, bermasyarakat dan beragama di India ditata ulang.

Oleh karena itu peringatan Tahun Baru Saka bermakna sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan dan kesatuan), hari toleransi, hari kedamaian sekaligus hari kerukunan nasional. Keberhasilan ini disebar-luaskan keseluruh daratan India dan Asia lainnya bahkan sampai ke Indonesia.

Kehadiran Sang Pendeta Saka bergelar Aji Saka tiba di Jawa di Desa Waru Rembang Jawa Tengah tahun 456 Masehi, dimana pengaruh Hindu di Nusantara saat itu telah berumur 4,5 abad.

Dinyatakan Sang Aji Saka disamping telah berhasil mensosialisasikan peringatan pergantian tahun saka ini, jüga dan peristiwa yang dialami dua orang punakawan! pengiring atau caraka beliau diriwayatkan lahirnya aksara Jawa onocoroko doto sowolo mogobongo padojoyonyo. Karena Aji Saka diiringi dua orang punakawan yang sama-sama setia, samasama sakti, sama-sama teguh dan sama-sama mati dalam mempertahankan kebenaran demi pengabdiannya kepada Sang Pandita Aji Saka.

Rangkaian peringatan Pergantian Tahun Saka
Peringatan tahun Saka di Indonesia dilakukan dengan cara Nyepi (Sipeng) selama 24 jam dan ada rangkaian acaranya antara lain :

1. Upacara melasti, mekiyis dan melis
Intinya adalah penyucian bhuana alit (diri kita masing-masing) dan bhuana Agung atau alam semesta ini. Dilakukan di sumber air suci kelebutan, campuan, patirtan dan segara. Tapi yang paling banyak dilakukan adalah di segara karena.sekalian untuk nunas tirtha amerta (tirtha yang memberi kehidupan) ngamet sarining amerta ring telenging segara. Dalam Rg Weda II. 35.3 dinyatakan Apam napatam paritasthur apah (Air yang murni baik dan mata air maupun dan laut, mempunyai kekuatan yang menyucikan).

2. Menghaturkan bhakti/pemujaan
Di Balai Agung atau Pura Desa di setiap desa pakraman, setelah kembali dari mekiyis.

3. Tawur Agung/mecaru
Di setiap catus pata (perempatan) desa/pemukiman, lambang menjaga keseimbangan. Keseimbangan buana alit, buana agung, keseimbangan Dewa, manusia Bhuta, sekaligus merubah kekuatan bhuta menjadi div/dewa (nyomiang bhuta) yang diharapkan dapat memberi kedamaian, kesejahteraan dan kerahayuan jagat (bhuana agung bhuana alit).

Dilanjutkan pula dengan acara ngerupuk/mebuu-buu di setiap rumah tangga, guna membersihkan lingkungan dari pengaruh bhutakala. Belakangan acara ngerupuk disertai juga dengan ogoh-ogoh (symbol bhutakala) sebagai kreativitas seni dan gelar budaya serta simbolisasi bhutakala yang akan disomyakan. (Namun terkadang sifat bhutanya masih tersisa pada orangnya).

4. Nyepi (Sipeng)
Dilakukan dengan melaksanakan catur brata penyepian (amati karya, amati geni, amati lelungan dan amati lelanguan).

5. Ngembak Geni. Mulai dengan aktivitas baru yang didahului dengan mesima krama di lingkungan keluarga, warga terdekat (tetangga) dan dalam ruang yang lebih luas diadakan acara Dharma Santi seperti saat ini.

Yadnya dilaksanakan karena kita ingin mencapai kebenaran. Dalam Yajur Weda XIX. 30 dinyatakan : Pratena diksam apnoti, diksaya apnoti daksina. Daksina sradham apnoti, sraddhaya satyam apyate.

Artinya : Melalui pengabdian/yadnya kita memperoleh kesucian, dengan kesucian kita mendapat kemuliaan. Dengan kemuliaan kita mendapat kehormatan, dan dengan kehormatan kita memperoleh kebenaran.

Sesungguhnya seluruh rangkaian Nyepi dalam rangka memperingati pergantian tahun baru saka itu adalah sebuah dialog spiritual yang dilakukan oleh umat Hindu agar kehidupan ini selalu seimbang dan harmonis serta sejahtera dan damai. Mekiyis dan nyejer/ngaturang bakti di Balai Agung adalah dialog spiritual manusia dengan alam dan Tuhan Yang Maha Esa, dengan segala manifetasi-Nya serta para leluhur yang telah disucikan. Tawur Agung dengan segala rangkaiannya adalah dialog spiritual manusia dengan alam sekitar para bhuta demi keseimbangan bhuana agung bhuana alit.

Pelaksanaan catur brata penyepian merupakan dialog spiritual antara diru sejati (Sang Atma) seseorang umat dengan sang pendipta (Paramatma) Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam diri manusia ada sang diri /atrnan (si Dia) yang bersumber dan sang Pencipta Paramatma (Beliau Tuhan Yang Maha Esa).

Sima krama atau dharma Santi adalah dialog antar sesama tentang apa dan bagaimana yang sudah, dan yang sekarang serta yang akan datang. Bagaimana kita dapat meningkatkan kehidupan lahir batin kita ke depan dengan berpijak pada pengalaman selama ini. Maka dengan peringatan pergantian tahun baru saka (Nyepi) umat telah melakukan dialog spiritual kepada semua pihak dengan Tuhan yang dipuja, para leluhur, dengan para bhuta, dengan diri sendiri dan sesama manusia demi keseimbangan, keharmonisan, kesejahteraan, dan kedamaian bersama. Namun patut juga diakui bahwa setiap hari suci keagamaan seperti Nyepi tahun 2009 ini, ada saja godaannya. Baik karena sisa-sisa bhutakalanya, sisa mabuknya, dijadikan kesempatan memunculkan dendam lama atau tindakan yang lain. Dunia nyata ini memang dikuasai oleh hukum Rwa Bhineda. Baik-buruk, menang-kalah, kaya-miskin, sengsara-bahagia dst. Manusia berada di antara itu dan manusia diuji untuk mengendalikan diri di antara dua hal yang saling berbeda bahkan saling berlawanan.

Dharma Santi
Adapun Dharma Santi sebagai rangkaian akhir Nyepi merupakan hal yang wajib dilaksanakan, baik di lingkungan keluarga, warga dekat maupun warga bangsa.

Dengan Dharma Santi kita dapat saling memaafkan jika ada kesalahan atau kekeliruan yang pernah terjadi setidak-tidaknya dalam jangka waktu satu tahun sebelumnya. Di samping itu juga untuk berbincang-bincang perihal kehidupan bersama kita ke depan karena kondisi yang dihadapi akan semakin sulit dan semakin komplek, serba multi; multi etnis, multi dimensi, multi kepentingan, multi karakter dan multi kultural.

Oleh karena itu dharma Santi dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja setelah Nyepi asal tidak lewat dari waktu kurang lebih sebulan sesudah Nyepi. Sangat baik kalau setiap habis hari raya keagamaan (bukan hanya pada Nyepi saja) diikuti dengan dharma Santi atau sima krama, atau secara spiritual sering juga dilakukan jika ada upacara piodalan di Pura dengan “meprani”. Mesima krama, meprani atau dharma Santi merupakan ajang berdialog antar sesama tentang berbagai aspek kehidupan.

Karena Weda menyatakan “Wasudewa kutumbakan” (seluruh dunia adalah bersaudana). Atau sarwa asa mama mitram bhawantu (Jadikanlah seluruh penjuru dunia sebagai sahabat kami).

Untuk skup Bali, hal ini analog dengan konsep menyama braya yang perlu dimantapkan melalui dharma Santi. Jadi pergantian Tahun Saka adalah peringatan dari kebangkitan dan pembaharuan. Nyepi adalah renungan kesadaran untuk pengendalian diri. Dharma santi adalah dialog sesama demi keseimbangan hidup lahir bathin.

Demikian yang dapat disampaikan, semoga ada manfaatnya. Mohon maaf atas kekuragannya. “Selamat Hari Raya Nyepi tahun Baru saka 1931, “Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa Asung kerta Wara nugraha kepada kita sekalian agar kita Santi, dapat meningkatkan bhakti sadana menuju Jagadhita yaitu dunia sejahtera. Om Ano bhadrah kratawo yantu wiswatah

Kategori:Uncategorized

Tri Sandya Sembahyang Wajib Umat Hindu Sehari Hari

Februari 28, 2012 1 komentar

Tri Sandya adalah sembahyang wajib umat Hindu setiap harinya. Sembahyang ini dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada jam 6 pagi, 12 siang dan jam 6 sore. Tujuan Tri Sandya adalah untuk memuliakan Sanghyang Widhi dan memohon ampunanNya, karena manusia tidak pernah luput dari kesalahan.
Dalam melakukan Tri Sandya, hendaknya mengambil sikap demikian rupa sehingga dapat mengucapkan setiap baitnya dengan penuh khidmat serta dilandasi dengan kesucian lahir batin.

Om bhùr bhvah svah
tat savitur varenyam
bhargo devasya dhimahi
dhiyo yo nah pracodayàt

Tuhan adalah bhùr svah. Kita memusatkan pikiran pada kecemerlangan dan kemuliaan Hyang Widhi, Semoga Ia berikan semangat pikiran kita.

Om Nàràyana evedam sarvam
yad bhùtam yac ca bhavyam
niskalanko nirañjano nirvikalpo
niràkhyàtah suddo deva eko
Nàràyano na dvitìyo’sti kascit

Ya Tuhan, Nàràyana adalah semua ini apa yang telah ada dan apa yang akan ada, bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari perubahan tak dapat digambarkan, sucilah dewa Nàràyana, Ia hanya satu tidak ada yang kedua.

Om tvam sivah tvam mahàdevah
ìsvarah paramesvarah
brahmà visnusca rudrasca
purusah parikìrtitah

Ya Tuhan, Engkau dipanggil Siwa, Mahàdewa, Iswara, Parameswara, Brahmà, Wisnu, Rudra, dan Purusa.

Om pàpo’ham pàpakarmàham
pàpàtmà pàpasambhavah
tràhi màm pundarikàksa
sabàhyàbhyàntarah sucih

Ya Tuhan, hamba ini papa, perbuatan hamba papa, diri hamba ini papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga hamba.

Om ksamasva màm mahàdeva
sarvapràni hitankara
màm moca sarva pàpebyah
pàlayasva sadà siva

Ya Tuhan, ampunilah hamba HyangWidhi, yang memberikan keselamatan kepada semua makhluk, bebaskanlah hamba dari segala dosa, lindungilah hamba oh Hyang Widhi.

Om ksàntavyah kàyiko dosah
ksàntavyo vàciko mama
ksàntavyo mànaso dosah
tat pramàdàt ksamasva màm

Ya Tuhan, ampunilah dosa anggota badan hamba, ampunilah dosa hamba, ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelahiran hamba.

Om sàntih, sàntih, sàntih, Om

Ya Tuhan, semoga damai, damai, damai selamanya.

Semoga menjadi pribadi yang damai dan penuh kasih…

 

Kategori:Uncategorized

Lagu Pujian

Love All Serve All

Shambo Shankara Deva download

Hara Hara Namami Shankara download

Nama Parvati Pataye Hara Hara download

Om Nama Shiva download

Hari Om Tat Sat Namah Shivaya download

Shiva Maheshwara Sairam download

Shiva Shiva Shiva Shiva Shivaya Nam Om download

Bolo Bolo Submil Bolo download

Nandeeshwara Hey Nataraja download

Jay Jay Vaishnavi Devi download

Raghupathi Raghava Raja Ram download

Nataraja Hey Triphurari download

Bernyanyi itu sehat, melatih paru – paru untuk bekerja lebih baik. Nyanyikan lagu suci dengan hati yang suci. Sepenuh dan setulus hati. Rasakan maanfaatnya…

Download dengan Internet Download Manager lebih cepat.

Dapatkan Internet Download Manager 6.08 build 9 full terbaru disini

Kategori:Lagu Lagu Badjan

Saat Pemasupatian Prasati Pasek Batukaru

Suasana saat  Pembacaan dan penerjemahan Prasasti Pasek Batukaru

Pembacaan dan penerjemahan Prasasti Pasek Batukaru oleh Bapak I Wayan Japa

Penandatanganan Prasasti Pasek Batukaru oleh Ida Cekorda Tabanan

Sambutan Ida Cekorda Tabanan

Photo bersama sebelum Ida Cekorda Tabanan meninggalkan Merajan Agunga Pasek Batukaru

 

Kategori:Gallery

Contact

Desember 15, 2011 4 komentar

Om Swastiastu

Blog ini didedikasikan untuk semeton warga Pasek Batukaru dimanapun berada untuk bisa berbagi secara online baik melalui tulisan, photo, video maupun media lainnya. Seperti diketahui warga kita tersebar hampir di seluruh Indonesia dengan komunitas terbesar berada di Bali. Untuk itu blog ini diharapkan mampu untuk menyambung komunikasi kita agar peiketan kita bisa semakin erat, disamping itu sebagai media dan referensi bagi anak cucu kita agar tau sejarah leluhurnya, tau saudara saudarinya, tau asal usulnya dan berbangga sebagai trah atau keturunan Pasek Batukaru. Ini merupakan tulisan awal untuk memulai blog ini, diharapkan dikemudian hari akan banyak masukan data untuk menjadikan blog ini sebagai sumber informasi online terlengkap tentang Pasek batukaru.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Contact Detail:

Merajan Agung Pasek Batukaru

Br. Dinas Wongaya Kelod, Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali – Indonesia. 82152

Ketua: I Gede Ketut Bagiartha

No Telp: 081 239 99790

Email: endy_project@yahoo.com

Kategori:Contact

Kenapa Bernama Pasek Batukaru

KESENGGUH PASEK BATUKARU

Napike mawinan kasengguh Pasek Batukaru

Kasengguh Pasek Batukaru ,punika wantah majalaran Pasek sane ngemponin Pura Luhur Batukaru. Tur macihna maduwe parhyangan sane magenah ring Pura Luhur Batukaru

Pinake bukti-bukti ,sastra –sastra sane nyuratan pari indikan lelintihan Pasek Batukaru, nenten ja wenten,napi mawinan asapunika;

  1. Duk riin kahyangan Luhur Batukaru naenin kegebug olih Ki Panji Sakti, inabang duke punika , prasasti sane mabuat sami kaambil utawi kaicalang.
  2. Duk saka 1945, Desa Wongayagede kageseng olih Nica, umah-umah sane wenten ring Wongayagede samian puun,yen wenten minab prade leluhur drue madue lontar-lontar minab sareng keni geseng.
  3. Riantukan asapunika sane kari pinaka warisan ,marupa satwa-satwa wiadin barang bukti , sane kari kasimpen mangkin, minakadi; piring,   tumbak canggah lima,keris luk lima,keris malakar kayu sakti,tanduk asu, batu makocok warna selem lan putih.

TUTUR-TUTUR

Tutur sane kapolihan duk kari nyeneng Jero Mangku Pasek duwene (Pekak Ceraki) tahun 1990 an:

”Pura Batukaru duk riin sampun kaloktah sajebag jagat Bali. Ring Luhur Batukaru wenten pelinggih mecahya, sinar tejan ipune kelangit ngantos semeton baler gunung nyingakin.Punika paryangan sane ngamedalan teja punika nenten tios wantah paryangan Ida Batara Kawitan druene ,sane kaloktah pawikan, pradnyan, tur sakti.

Ida Cokorda Tabanan angob tekening kapradnyanan Pasek, Ide kengin Pasek mangda seda.Duk punika ,Ki Pasek kenikayang tangkil ka Puri Tabanan.

Rawuh Ki Pasek ring Puri Tabanan, Ida Cokorda mapica sewala patra. Pasek kautus ka negara Jembrana makta swalapatrane punika. Daging sewalapatrane nenten dados kawacen .Surate punika magenah ring bungbung.Inggian daging baos surate punika sekadi puniki;”Ih cai raja Jembrana,yan saja cai sakti, ne ada utusan manira ngaba surat ne lawan cai ,matianne yan sajan cai sakti.”

Selampah pemargin ipune ring Puri Jembrana,Anake Agung nyanggra becik pisan , tur medalem pisan Pasek prasida rauh tangkil ,tur maning ri sampun Pasek mapamit jagi mawali ka Tabanan, Ida Anake Agung mamica keris.Daweg punika surate sane kasukserah durung kawacen.

Pamargin Ki Pasek sampun rauh ring Yeh Kuning, Anake Agung wau ngawacen surate punika, ngraris Ida menggah, nepak kulkul, nguber Ki Pasek.Ditu laut katemu sareng Ki Pasek. Ki Pasek kanikayang ngemaling keris sane sujatine wawu kapicayang.

Keris punika kawaliang, sakewanten Ki Pasek mamastu Anake Agung mangda dados buaya. Wus mamastu,keris punika kawalian kaentungan,Anake Agung dados buaya nyangklit keris. Nyaksiang asapunika panjak muang papatih sami malaib ajrih.Ki Pasek,nglantur budal mawali ke Tabanan.

Sapengerauh ring Puri Tabanan, Ida Cokorda Tabanan bengong mirengan kawentenan Pasek,tur kesaktiannyane,Ida  nenten purun mangkin ring Pasek”.

Kategori:Sejarah

BENDA PUSAKA ‘DUWE’ PASEK BATUKARU YANG MASIH ADA SAAT INI

Desember 15, 2011 1 komentar

Piring Ageng Sutra Alus, piring puniki wenten tutur ipun sekadi puniki, duke riin daweg Ida Batara Kawitan rauh saking Jawi ke Bali, piring punika sane kaangge jalaran pinaka jukung , taled Ida melinggih matatakan daun waluh, mabuatan keris luk lima, lan canggah lima, pinaka dayung idane ngagge tulup empet.

Ring tengahing segara, wenten pasubayan Ida ring manah, yan prasida rauh ring Bali nemu selamet ring segara, setereh sentanane wekasan nenten kadadosang ngajeng waluh, riantukan Ida sampun katulung olih i daun waluh.

Pariindikan keris luk lima sane kari kasimpen, dumun naenin kebakte ke Belanda, rauh saking Belanda kawaliang ke Puri Tabanan tur saking Tabanan malih kewaliang ke Kebayan nanging sampun ketagih mangkin sampun wenten ring merajan Pasek .

Canggah Lima, inggiang tumbak canggah lima , kasimpen ring Pura Luhur Batukaru, riantukan canggah lima punika nyaga Ida Betara ring Luhur Batukaru. Yaning Ida jaga turun,lunga,pretisentana Pasek mangda sampun lipya niki wantah pejenengan duwe, patut ngayah mundut canggah lima punika.

Keris melakar antuk carang dapdap(kayu sakti) wiadin tanduk asu(tanduk cicing),batu makocok warna putih wiadin selem taler kari masimpen.

Terjemahan

Piring Ageng Sutra Alus, ada cerita tentang piring ini, jaman dahulu ketika Ida Batara Kawitan menyebrang dari Pulau Jawa ke Bali, piring ini digunakan oleh beliau sebagai sarana untuk menyeberang (sebagai jukung), alas duduk Ida adalah daun Waluh (labu), membawa Keris Luk Lima, sebagai dayungnya beliau menggunakan Tulup Empet.

Di tengah laut, beliau berjanji, kalau berhasil selamat selama menyeberang, seluruh keturunan beliau tidak diperbolehkan makan waluh (labu), karena Ida sudah tertolong oleh I Waluh (labu).

Keris Luk Lima yang masih tersimpan sampai sekarang, jaman dahulu pernah dibawa ke Belanda, sekembalinya dari Belanda dikembalikan ke Puri Tabanan, kemudian dari Puri Tabanan dikembalikan kepada Kebayan sampai akhirnya diminta kembali ke Merajan pasek, sekarang sudah di simpan di Merajan Pasek Batukaru.

Canggah Lima, adalah tombak bercanggah lima, disimpan di Pura Luhur Batukaru, karena Canggah Lima tersebut berfungsi sebagai penjaga Ida Batara di Pura Luhur Batukaru. Pada saat Ida berkenan turun (piodalan), lunga (melasti, ngelawa, dsb), keturunan Pasek Batukaru diharapkan sudah tahu kewajibannya mundut tombak Canggah Lima tersebut.

Keris yang terbuat dari ranting Kayu Dedap (kayu sakti) dan Tanduk Anjing, Batu Mekocok berwarna putih dan hitam semuanya masih tersimpan sampai saat ini.

Kategori:Gallery

BISAMA BATARA KAWITAN PASEK BATUKARU

Om Awignam Astu.

Kamung Pasek muang Bendesa hawiya lupa ring kayangan ,mekadi ring Luhur Batukaru. Yan kita lupa ring kayangan ta wastu kita tan anut ring apasanakan tan wus amangguh runda, tan mari aca ngilang ring apasanakan , sugih gawe kurang pangan.

Mangkana piteketku ring preti sentana,kapratistaprasanti, sinuhun de kita prasama.Kita tan wenang piwal ring piteketku, hila-hila dahat hayua lupa. Muah yan kita pageh ring piteketku, moga tan wuus kita amanggihang dirgayusa,amanggih wirya guna mantra, sidi ngucap, jangga nguraga, asihing hyang didya guna, susila wuruhing naya, mangkana cinandiyeng lepihan.

Terjemahan ring Bahasa Bali

Dumadak tan kapariambeng.

Cening Pasek lan Bendesa, de engsap kapining khayangan sesembahan ceninge, ane ade ring natar Luhur Batukaru. Yan cening lipya tekening khayangan, sesembahan ceninge ane ada di Gunung Batukaru, dumadak cening apang tusing adung menyama , tusing suud- suud nepukin pakeweh, tusing pegat-pegat maiyegan ngajak nyame, liu ngelah gae, nanging tuna pangupa jiwa.

Aketo piteket manira kapening cening prati sentana manira , dumadak cening nutugan tuwuh, nguponin kawibawan, luwihing guna asing ucapan sidi sang hyang gumi(kaalem di jagate), Ida batara sweca, mapan cening pradnyan , luwih guna, melaksana ane patut, pascab kapining naya wiweka. Aketo ane kaunggah di prasastine

Kategori:Sejarah

Keberadaan Pasek Batukaru Saat Ini

Warga / Preti Sentana Pasek Batukaru  sampai saat sekarang tersebar di berbagai tempat karena tuntutan pekerjaan, namun tempat asalnya tetap ada di dusun Wongaya Kelod, Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel , Kabupaten Tabanan.

Jumlah warga Pemerajan Agung Pasek Batukaru berdasarkan data tahun 1990 kurang lebih 500 kepala keluarga yang tersebar di seluruh Bali. Di Kabupaten Buleleng terdapat di Desa Busung Biu, Kedis, Sepang, Unggahan. Di Kabupaten Karangasem terdapat di Desa Antiga, Kecamatan Manggis. Di Kintamani, Kabupaten Bangli. Sedangkan untuk Kabupaten Tabanan tersebar di Bubugan, Bongan, Subamia, Malkangin, Sembung Kerambitan, Gali Ukir, Tengkudak dan sebagainya.

Pasek Batukaru sampai sekarang mewarisi berbagai bisama seperti pantang makan waluh (labu). Pasek Batukaru juga mempunyai peran yang sangat besar dalam pelaksanaan upakara – upakara di Pura Batukaru bersama Kebayan, salah satunya upacara Mrebu Kulak yang dilaksanakan di Kerinan / Pengakan Pasek di Pura Batukaru. Demikian pula untuk di Desa Wongaya Gede, keberadaan Pasek selalu dilibatkan dalam berbagai upakara dalam perannya sebagai saksi bersama – sama Kebayan, Penyarikan dan Kesinoman.

Kategori:Sejarah

Pemasupatian Prasasti dalam Berita Bali Post

19 Nopember 2011 | BP
Pemasupati Lontar Pasek Batukaru
di Merajan Agung Pasek Batukaru
Tabanan (Bali Post) -Pratisentana Pasek Batukaru menggelar upacara Pemasupati Lontar Pasek Batukaru di Pamerajan Agung Pasek Batukaru, Desa Wangaya Gede, Penebel, Jumat (18/11) kemarin. Upacara sekaligus pujawali Pura Pasek Batukaru ini diawali pembacaan lontar selama hampir dua jam. Lontar yang mengisahkan silsilah Pasek Batukaru ini dibacakan oleh ahli lontar Wayan Sunadra dan tokoh sastra asal Sukasada, Buleleng, Wayan Japa.

Upacara langka ini terbilang istimewa. Sebab, Raja Tabanan Ida Palungguh Cokorda Tabanan hadir langsung menyaksikan upacara itu. Selain raja, hadir juga Ida Kebayan Wangaya Gede, Manggala PHDI Tabanan, Manggala PHDI Kecamatan Penebel, Manggala Depag Tabanan, para pemangku serta bendesa adat pekandelan se-Batukaru. Meski diguyur hujan, para pemedek tetap bersemangat mengikuti prosesi upacara. Mereka adalah para pratisentana Pasek Batukaru yang tersebar di seluruh kabupaten di Bali, bahkan ada yang datang dari Jakarta dan Sumatera.

Selama pembacaan Lontar Batukaru, seluruh pemedek duduk dan mendengarkan dengan khusyuk. Usai pembacaan lontar, upacara diisi persembahyangan bersama. Menjelang malam, pemedek justru bertambah banyak. Selain Lontar Batukaru, digelar juga pemasupati sejumlah benda peninggalan Pasek Batukaru. Di antaranya keris luk lima, piring dan benda bersejarah lainnya. ”Dengan upacara ini, Lontar Batukaru dan peninggalan lainnya kita linggih-kan di Pura Pasek Batukaru,” kata Pewartaka Karya Pasek Batukaru I Gede Bagiarta, S.Ag., M.Pd. di sela upacara.

Dikatakannya, silsilah Pasek Batukaru ditemukan di Lontar Pasek Batukaru oleh Gusti Lanang Rai, di Besakih, Rendang, Karangasem. Yang menarik, lontar itu juga tersimpan di Perpustakaan Leiden, Belanda dan Melbourne, Australia. Lontar berbahasa Jawa kuno itu kemudian disadur oleh Ida Dewa Gede Catra asal Amlapura, Karangasem, 8 April 1984. Dalam lontar itu dikisahkan, Pasek Batukaru adalah putra dari I Gusti Kebayan Desa yang juga keturunan Ida Sang Brahmana Wang Bang. Pasek Batukaru memiliki tiga anak, masing-masing Pasek Batukaru, Pasek Gading Wangi dan Pasek Brejo. Dari ketiganya, Pasek Gading Wangi dan Pasek Brejo ditugaskan menggelar upacara di Pura Besakih. Sedangkan Pasek Batukaru tetap bertahan di Pura Batukaru. Sejak itulah, Pasek Batukaru terus turun-temurun menggelar upacara di Pura Luhur Batukaru.

Keturunan Pasek Batukaru tersebar di seluruh Bali dan luar Bali. Tahun 1990 silam, totalnya mencapai 500 KK. Keluarga paling besar berada di Buleleng, seperti Desa Busungbiu, Kedis, Sepang dan Unggahan. Di Karangasem tersebar di Desa Antiga dan Manggis. Di Bangli kebanyakan menetap di Kintamani, sedangkan di Tabanan paling banyak tinggal di Bongan, Subamia, Mal Kangin, Sembung Kerambitan, Gali Ukir, Tengkudak, Wangaya Gede dan sejumlah daerah lainnya. ”Kami secara rutin masimakrama ketika ada pujawali di Merajan Agung Pasek Batukaru ini,” jelas Gede Bagiarta.

Dijelaskan, keturunan Pasek Batukaru selalu berperan menggelar upacara mrebu pucak di kalangan masyarakat Wangaya Gede. Selain itu, ikut upacara dan upakara di Tri Kahyangan maupun upacara di rumah masing-masing. Sebab, dalam Lontar Pasek Batukaru, seluruh keturunannya wajib selalu ingat dengan para leluhur, termasuk menjalankan petuahnya. (udi

 

 

Kategori:Prasasti