Beranda > Prasasti > Pemasupatian Prasasti dalam Berita Bali Post

Pemasupatian Prasasti dalam Berita Bali Post

19 Nopember 2011 | BP
Pemasupati Lontar Pasek Batukaru
di Merajan Agung Pasek Batukaru
Tabanan (Bali Post) -Pratisentana Pasek Batukaru menggelar upacara Pemasupati Lontar Pasek Batukaru di Pamerajan Agung Pasek Batukaru, Desa Wangaya Gede, Penebel, Jumat (18/11) kemarin. Upacara sekaligus pujawali Pura Pasek Batukaru ini diawali pembacaan lontar selama hampir dua jam. Lontar yang mengisahkan silsilah Pasek Batukaru ini dibacakan oleh ahli lontar Wayan Sunadra dan tokoh sastra asal Sukasada, Buleleng, Wayan Japa.

Upacara langka ini terbilang istimewa. Sebab, Raja Tabanan Ida Palungguh Cokorda Tabanan hadir langsung menyaksikan upacara itu. Selain raja, hadir juga Ida Kebayan Wangaya Gede, Manggala PHDI Tabanan, Manggala PHDI Kecamatan Penebel, Manggala Depag Tabanan, para pemangku serta bendesa adat pekandelan se-Batukaru. Meski diguyur hujan, para pemedek tetap bersemangat mengikuti prosesi upacara. Mereka adalah para pratisentana Pasek Batukaru yang tersebar di seluruh kabupaten di Bali, bahkan ada yang datang dari Jakarta dan Sumatera.

Selama pembacaan Lontar Batukaru, seluruh pemedek duduk dan mendengarkan dengan khusyuk. Usai pembacaan lontar, upacara diisi persembahyangan bersama. Menjelang malam, pemedek justru bertambah banyak. Selain Lontar Batukaru, digelar juga pemasupati sejumlah benda peninggalan Pasek Batukaru. Di antaranya keris luk lima, piring dan benda bersejarah lainnya. ”Dengan upacara ini, Lontar Batukaru dan peninggalan lainnya kita linggih-kan di Pura Pasek Batukaru,” kata Pewartaka Karya Pasek Batukaru I Gede Bagiarta, S.Ag., M.Pd. di sela upacara.

Dikatakannya, silsilah Pasek Batukaru ditemukan di Lontar Pasek Batukaru oleh Gusti Lanang Rai, di Besakih, Rendang, Karangasem. Yang menarik, lontar itu juga tersimpan di Perpustakaan Leiden, Belanda dan Melbourne, Australia. Lontar berbahasa Jawa kuno itu kemudian disadur oleh Ida Dewa Gede Catra asal Amlapura, Karangasem, 8 April 1984. Dalam lontar itu dikisahkan, Pasek Batukaru adalah putra dari I Gusti Kebayan Desa yang juga keturunan Ida Sang Brahmana Wang Bang. Pasek Batukaru memiliki tiga anak, masing-masing Pasek Batukaru, Pasek Gading Wangi dan Pasek Brejo. Dari ketiganya, Pasek Gading Wangi dan Pasek Brejo ditugaskan menggelar upacara di Pura Besakih. Sedangkan Pasek Batukaru tetap bertahan di Pura Batukaru. Sejak itulah, Pasek Batukaru terus turun-temurun menggelar upacara di Pura Luhur Batukaru.

Keturunan Pasek Batukaru tersebar di seluruh Bali dan luar Bali. Tahun 1990 silam, totalnya mencapai 500 KK. Keluarga paling besar berada di Buleleng, seperti Desa Busungbiu, Kedis, Sepang dan Unggahan. Di Karangasem tersebar di Desa Antiga dan Manggis. Di Bangli kebanyakan menetap di Kintamani, sedangkan di Tabanan paling banyak tinggal di Bongan, Subamia, Mal Kangin, Sembung Kerambitan, Gali Ukir, Tengkudak, Wangaya Gede dan sejumlah daerah lainnya. ”Kami secara rutin masimakrama ketika ada pujawali di Merajan Agung Pasek Batukaru ini,” jelas Gede Bagiarta.

Dijelaskan, keturunan Pasek Batukaru selalu berperan menggelar upacara mrebu pucak di kalangan masyarakat Wangaya Gede. Selain itu, ikut upacara dan upakara di Tri Kahyangan maupun upacara di rumah masing-masing. Sebab, dalam Lontar Pasek Batukaru, seluruh keturunannya wajib selalu ingat dengan para leluhur, termasuk menjalankan petuahnya. (udi

 

 

Kategori:Prasasti
  1. Belum ada komentar.
  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar